Salam
hangat untuk pencinta film Indonesia. Sudah banyak sekali film-film Indonesia
yang beredar di bioskop. Dari yang bertemakan horror, romance, komedi, dll.
Saya termasuk orang yang mempunyai hobi menonton. Sejak SD saya sudah diajak
oleh orangtua saya pergi ke bioskop. Waktu itu, saya ingat sekali pertama kali
menonton film Mirror yang disutradarai oleh Hanny R. Saputra. Sejak itulah
kecintaan saya terhadap film Indonesia muncul. Setelah menonton film Mirror
saya juga banyak menonton film lainnya. Saat itu saya sangat senang dengan film
yang bertemakan horror.
Menurut saya, film-film horror Indonesia sangat baik dikala itu. Karena, membuat orang-orang di bioskop menutup wajahnya. Namun, setelah saya berumur kurang lebih 12 tahun. Film-film horror Indonesia seperti berubah aliran. Tak sedikit dari film Indonesia menayangkan adegan vulgar. Sehingga, orang tua saya tidak mengizinkan saya lagi menonton bioskop saat itu. Namun, karena kecintaan saya yang kuat terhadap film Indonesia membuat saya tidak patah semangat. Saya bilang kepada orang tua bahwa sebelum menonton saya pasti akan menonton trailler filmnya terlebih dahulu. Jika ada unsur pornografi saya akan mengurungkan niat saya untuk menonton.
Akhirnya, orang tua saya mengizinkan. Semenjak itu, saya harus lebih jeli memilah-milah film yang akan saya tonton. Dalam memilih film saya tidak sendiri namun, ditemani oleh saudara sepupu saya. Saudara sepupu saya juga termasuk pencinta film Indonesia. Karena, usia saya yang semakin dewasa saya sudah tidak ditemani oleh orang tua saya dalam urusan menonton. Kadang-kadang saya pergi bersama teman-teman saya. Namun, tidak jarang kami berpisah begitu sampai didalam bioskop. Tak sedikit dari teman saya lebih memilih film-film barat. Saya beberapa kali diajak menonton film-film barat. Namun, saya tetap menolak. Saya bilang kepada mereka “Kita ini tinggal di Indonesia, anak Indonesia ya harus dong nonton film Indonesia”. Mereka semua tertawa dan malah mengejek saya. Tapi, saya tidak peduli. Bagi saya film Indonesia tetap nomor satu didalam hidup saya. Walaupun, saya tidak tahu film-film Barat. Namun, kalau urusan film-film Indonesia, saya juaranya.
Jika teman-teman saya tidak sempat menonton film Indonesia di bioskop. Saya seperti “bioskop berjalan” karena, teman-teman saya menyuruh untuk menceritakan kembali film yang telah saya tonton. Saya sangat semangat dalam urusan ini. Bahkan, jarang sekali saya melewati beberapa adegan penting dari film itu.Saya pun selalu mengikuti perkembangan film-film Indonesia. Lambat laun peminat film Horor Indonesia berkurang. Ini bisa dilihat dari penuh atau tidaknya bangku dibioskop. Jika penuh berarti film yang diputar bagus tapi, kalau sedikit berarti film yang diputar kurang memuaskan.
Akhirnya, film-film horror Indonesia kian meredup. Namun, setelah adanya pembaharuan genre menjadi horror komedi. Film-film tersebut menjadi laris manis dikalangan masyarakat. Saya juga turut merasakan. Saya bangga terhadap perfilman Indonesia telah menghasilkan film-film yang bisa dibilang lain daripada yang lain. Film dengan genre horror komedi “Pocong Juga Poconggg” membuat saya semakin bangga dengan perfilman Indonesia. Film ini mampu mengocok perut saya. Selain itu, banyak film-film yang mampu menarik perhatian masyarakat seperti 5cm, Habibie dan Ainun, Moga Bunda Disayang Allah dan lainnya. Ini membuktikan kalau perfilman Indonesia sudah mulai bangkit dari keterpurukan.
Sebagai informasi tambahan, sebenarnya dari dulu saya berkeinginan untuk melihat secara langsung proses pembuatan film. Tapi, karena film-film Indonesia banyak dibuat di ibukota dan daerah lain, saya tidak bisa melihatnya secara langsung. Setelah saya duduk dibangku SMA, ternyata saya mendapatkan tugas untuk membuat film. Ini merupakan suatu tantangan buat saya dan teman-teman. Guru saya mengatakan cerita film boleh dibuat sendiri atau dari film yang sudah ada. Akhirnya, saya lebih memilih untuk mengangkat cerita film yang sudah ada. Saat itu saya dan teman-teman setuju untuk mengangkat film Ayat-Ayat Cinta sebagai tugas film kami. Film yang pernah meraih penghargaan FFB ke-21 ini mampu membuat saya kagum. Menurut saya, film ini adalah film religi terbaik yang memasukkan unsur ketulusan cinta didalamnya. Banyak dari teman-teman saya yang menyarankan untuk mengangkat film barat. Tapi, sesuai dengan prinsip saya. Saya tetap memilih film Indonesia untuk dijadikan tugas film kami.
Akhirnya setelah semuanya setuju kami melakukan proses syuting di berbagai tempat. Suka dan duka telah saya lewati bersama teman-teman saat penggarapan film ini. Ternyata, membuat film itu tak semudah yang kami bayangkan. Tak sedikit kendala yang kami temukan saat itu. Setelah 2 bulan lamanya, akhirnya film kami selesai dan siap untuk dikumpulkan. Walaupun hasilnya tak sehebat filmnya Mas Hanung. Tapi, kami merasa puas dengan apa yang telah kami lakukan. Saya pun sekaligus bangga dengan diri saya sendiri dan juga teman-teman saya. Dengan adanya tugas ini saya bisa melestarikan film Indonesia. Ini juga menjadi bukti bahwa anak bangsa Indonesia juga bisa membuat film yang bermutu. Walaupun, kami mengangkat film yang sudah ada. Tapi, kami bisa belajar banyak tentang dunia perfilman.
Saya sebagai Indonesian Movie Lovers berharap kepada seluruh insan perfilman Indonesia. Teruslah berkarya dengan menciptakan film-film bermutu. Jangan menjual adegan vulgar untuk meraup keuntungan semata. Berusahalah untuk memberikan yang terbaik demi menjaga moral bangsa Indonesia. Buktikan kalau film-film Indonesia mampu bersaing keras dengan film-film Hollywood dan Bollywood. Melalui surat ini saya sebagai anak muda bangsa Indonesia mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk selalu mencintai produk dalam negeri. Terus cintai film hasil karya anak bangsa. Dan hargailah film-film mereka.
Menurut saya, film-film horror Indonesia sangat baik dikala itu. Karena, membuat orang-orang di bioskop menutup wajahnya. Namun, setelah saya berumur kurang lebih 12 tahun. Film-film horror Indonesia seperti berubah aliran. Tak sedikit dari film Indonesia menayangkan adegan vulgar. Sehingga, orang tua saya tidak mengizinkan saya lagi menonton bioskop saat itu. Namun, karena kecintaan saya yang kuat terhadap film Indonesia membuat saya tidak patah semangat. Saya bilang kepada orang tua bahwa sebelum menonton saya pasti akan menonton trailler filmnya terlebih dahulu. Jika ada unsur pornografi saya akan mengurungkan niat saya untuk menonton.
Akhirnya, orang tua saya mengizinkan. Semenjak itu, saya harus lebih jeli memilah-milah film yang akan saya tonton. Dalam memilih film saya tidak sendiri namun, ditemani oleh saudara sepupu saya. Saudara sepupu saya juga termasuk pencinta film Indonesia. Karena, usia saya yang semakin dewasa saya sudah tidak ditemani oleh orang tua saya dalam urusan menonton. Kadang-kadang saya pergi bersama teman-teman saya. Namun, tidak jarang kami berpisah begitu sampai didalam bioskop. Tak sedikit dari teman saya lebih memilih film-film barat. Saya beberapa kali diajak menonton film-film barat. Namun, saya tetap menolak. Saya bilang kepada mereka “Kita ini tinggal di Indonesia, anak Indonesia ya harus dong nonton film Indonesia”. Mereka semua tertawa dan malah mengejek saya. Tapi, saya tidak peduli. Bagi saya film Indonesia tetap nomor satu didalam hidup saya. Walaupun, saya tidak tahu film-film Barat. Namun, kalau urusan film-film Indonesia, saya juaranya.
Jika teman-teman saya tidak sempat menonton film Indonesia di bioskop. Saya seperti “bioskop berjalan” karena, teman-teman saya menyuruh untuk menceritakan kembali film yang telah saya tonton. Saya sangat semangat dalam urusan ini. Bahkan, jarang sekali saya melewati beberapa adegan penting dari film itu.Saya pun selalu mengikuti perkembangan film-film Indonesia. Lambat laun peminat film Horor Indonesia berkurang. Ini bisa dilihat dari penuh atau tidaknya bangku dibioskop. Jika penuh berarti film yang diputar bagus tapi, kalau sedikit berarti film yang diputar kurang memuaskan.
Akhirnya, film-film horror Indonesia kian meredup. Namun, setelah adanya pembaharuan genre menjadi horror komedi. Film-film tersebut menjadi laris manis dikalangan masyarakat. Saya juga turut merasakan. Saya bangga terhadap perfilman Indonesia telah menghasilkan film-film yang bisa dibilang lain daripada yang lain. Film dengan genre horror komedi “Pocong Juga Poconggg” membuat saya semakin bangga dengan perfilman Indonesia. Film ini mampu mengocok perut saya. Selain itu, banyak film-film yang mampu menarik perhatian masyarakat seperti 5cm, Habibie dan Ainun, Moga Bunda Disayang Allah dan lainnya. Ini membuktikan kalau perfilman Indonesia sudah mulai bangkit dari keterpurukan.
Sebagai informasi tambahan, sebenarnya dari dulu saya berkeinginan untuk melihat secara langsung proses pembuatan film. Tapi, karena film-film Indonesia banyak dibuat di ibukota dan daerah lain, saya tidak bisa melihatnya secara langsung. Setelah saya duduk dibangku SMA, ternyata saya mendapatkan tugas untuk membuat film. Ini merupakan suatu tantangan buat saya dan teman-teman. Guru saya mengatakan cerita film boleh dibuat sendiri atau dari film yang sudah ada. Akhirnya, saya lebih memilih untuk mengangkat cerita film yang sudah ada. Saat itu saya dan teman-teman setuju untuk mengangkat film Ayat-Ayat Cinta sebagai tugas film kami. Film yang pernah meraih penghargaan FFB ke-21 ini mampu membuat saya kagum. Menurut saya, film ini adalah film religi terbaik yang memasukkan unsur ketulusan cinta didalamnya. Banyak dari teman-teman saya yang menyarankan untuk mengangkat film barat. Tapi, sesuai dengan prinsip saya. Saya tetap memilih film Indonesia untuk dijadikan tugas film kami.
Akhirnya setelah semuanya setuju kami melakukan proses syuting di berbagai tempat. Suka dan duka telah saya lewati bersama teman-teman saat penggarapan film ini. Ternyata, membuat film itu tak semudah yang kami bayangkan. Tak sedikit kendala yang kami temukan saat itu. Setelah 2 bulan lamanya, akhirnya film kami selesai dan siap untuk dikumpulkan. Walaupun hasilnya tak sehebat filmnya Mas Hanung. Tapi, kami merasa puas dengan apa yang telah kami lakukan. Saya pun sekaligus bangga dengan diri saya sendiri dan juga teman-teman saya. Dengan adanya tugas ini saya bisa melestarikan film Indonesia. Ini juga menjadi bukti bahwa anak bangsa Indonesia juga bisa membuat film yang bermutu. Walaupun, kami mengangkat film yang sudah ada. Tapi, kami bisa belajar banyak tentang dunia perfilman.
Saya sebagai Indonesian Movie Lovers berharap kepada seluruh insan perfilman Indonesia. Teruslah berkarya dengan menciptakan film-film bermutu. Jangan menjual adegan vulgar untuk meraup keuntungan semata. Berusahalah untuk memberikan yang terbaik demi menjaga moral bangsa Indonesia. Buktikan kalau film-film Indonesia mampu bersaing keras dengan film-film Hollywood dan Bollywood. Melalui surat ini saya sebagai anak muda bangsa Indonesia mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk selalu mencintai produk dalam negeri. Terus cintai film hasil karya anak bangsa. Dan hargailah film-film mereka.
Finally,
hanya ini yang bisa saya ungkapkan. Semoga surat ini dapat memberikan pengaruh
besar untuk film-film Indonesia. Saya sangat mencintai film-film Indonesia.
Semoga film-film Indonesia yang bermutu bisa terus saya nikmati hingga saya tua
nanti. Amin. I Love Indonesian Movie… Muach… Muach…Muach !!!
Para pemain AAC Smanda Version (Ceritanya lagi di padang pasir :D) |
Cover AAC Smanda Version (Maaf desainnya gak sebagus film aslinya :D) |
Lovenandalove :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar